
Seharusnya Beth tak perlu menangis melihat kerlingan lampu-lampu di bawah sana. Warna-warni cahayanya seolah menyerukan sebuah kegembiraan. Beth harus tersenyum bahagia malam ini. Betapapun kesedihan sedang membanjiri hatinya, dia harus segera meniru binar-binar-binar cahaya lampu di bawah itu.
Setiap titik kerlip cahaya di sana memberi arti pada setiap helai dinding hatinya yang tiba-tiba gulita. Sepatah kata hatinya tak terdengar. Hanya kesunyian mendalam dirasa. Bulir-bulir di ujung matanya masih menetes, terlebih saat mengitari pemandangan malam ini. Angin malam sesekali berbisik, menggaung di ruang hatinya. Ingin sekali dia berlari atau terbang ke bawah sana, berbaring di atas kerlingan cahaya warna-warni. Mungkin dengan begitu, dia akan terbebas dari kesedihan yang mendesak memojokkan sukmanya. Mungkin dengan memeluk cahaya-cahaya itu, dia akan merasakan hangat yang mampu membuatnya tersadar, “Hei, dunia ini indah. Nikmatilah meski kau sedang berada dalam gelap.”
Beth merasa dirinya harus menjadi kerlap kerlip yang genit itu. Dia mampu menerangi keheningan malam, menghangatkan udara dingin yang menusuk, mengusir gundah yang menjelaga jiwa, mengganti malam yang sunyi menjadi berseri.
I have to shine like diamonds in the sky… on the earth… in the silence.
Indah sekali , Beta .. sambil lihat foto Inong, sampai merinding 🙂
terimakasih, bu Mei. Pemandangan seperti itu mirip dgn pemandangan yg aku lihat di malam hari setelah Mama pergi.