my journal

“Gathering Pegiat Social Media” (bersama Nukman Luthfie & penerbit Mizan)

Banner Gathering

Jum’at siang, 6 Februari 2015, pukul 13.00 wib, saya menghadiri acara “Gathering Pegiat Social Media” yang diselenggarakan di gedung kantor Mizan Grafika Sarana / MGS (penerbit Mizan), jalan Cinambo no. 135-137, Ujungberung-Bandung, dengan pembicara Kang Nukman Luthfie. Saya disambut dengan ramah oleh salah seorang staf Mizan, lalu ia memberikan kupon Coffee Break kepada saya setelah mengisi daftar hadir.

 

 

Menu Coffee Break
Menu Coffee Break

Sebelum masuk ke acara utama, saya dan beberapa peserta lain yang umumnya adalah blogger, diperkenalkan dengan Company Profile penerbit Mizan.

CEO Mizan
CEO Mizan

 

Gedung MGS (Mizan Grafika Sarana) , Jalan Cinambo 135, Ujungberung-Bandung
Gedung MGS (Mizan Grafika Sarana) , Jalan Cinambo 135, Ujungberung-Bandung

Setelah pengenalan Company Profile Mizan, MC memperkenalkan manajer produksi dan promosi, Mohamad A.Luthfi. Kang Lutfi membeberkan bagaimana proses distribusi dan promosi buku-buku yang diterbitkan oleh Mizan. Mulai dari bagaimana naskah yang diterima oleh Mizan diolah dengan baik oleh tim redaksi, apa saja produk-produk dari Mizan, bagaimana alur perjalanan buku-buku bisa terpajang di toko-toko buku, bagaimana tim Mizan yang solid berusaha dengan baik menjaga agar buku-buku Mizan dapat bertahan lama berada di display toko buku hingga mampu menarik pembaca, dan langkah-langkah untuk mengetahui selera pasar melalui survey di media sosial.

Mohamad A.Luthfi (Manajer Produksi & Promosi)
Mohamad A.Luthfi (Manajer Produksi & Promosi)

Selama ini banyak hal detil yang belum saya ketahui tentang distribusi sebuah buku akhirnya terjawab oleh penjelasan Kang Lutfi. Para peserta acara juga mengajukan beberapa pertanyaan terkait hal tersebut, salah satunya, “Bagaimana bentuk kerjasama antara penerbit Mizan dengan karya-karya fiksi luar negeri sehingga bisa diterbitkan di Mizan?”

Pihak Mizan membeli hak cipta (rights) dari penulisnya dan bekerjasama dengan agen distributor tersebut dalam bentuk perjanjian yang resmi. Sebagai contoh : Novel fiksi “Dunia Sophie” karya Joestin Gaarder, yang dialihbahasakan oleh Mizan menjadi best seller bahkan menjadi gold edition (buku laris dengan hasil cetakan berkualitas tinggi dan eksklusif, lebih dari 400 eksemplar terjual dalam kurun waktu tertentu ). Buku tersebut kini, naik cetak setiap bulan.

Jika ingin mengetahui tentang karya fiksi “Dunia Sophie” bisa di klik di sini lalu terjemahannya bisa diperoleh di beberapa toko buku yang bekerjasama dengan Mizan.

Sayang sekali, karena keterbatasan waktu, saya tak bisa menambahkan pertanyaan pada Kang Luthfi. Saya dan para peserta diajak melihat-lihat proses percetakan buku di gedung belakang. Kami dipandu sang MC mengunjungi gudang kertas, melihat jenis-jenis kertas yang akan digunakan, sisa-sisa potongan kertas yang akan didaur-ulang, mesin pembuat plat yang sehelainya bisa memuat 16 halaman, pengecekan ketebalan tinta pada plat, proses cetak tulisan di  kertas, mesin pelipat kertas, pembuatan cover buku dan penimbulan hurufnya, laminasi cover, dan tahap akhir adalah pengemasan buku.

 

This slideshow requires JavaScript.

Setelah melihat proses pembuatan buku yang panjang, saya jadi tersadar bahwa ketelitian dan kesabaran menjadi faktor utama kualitas cetakan buku. Selain itu, mesin-mesin yang canggih dan keahlian para pengontrol mesin juga menjadi bagian yang sangat penting.

Saya dan para peserta acara kembali ke ruangan untuk break sejenak sambil menikmati hidangan yang sedari awal kedatangan tersaji dan sang MC memberikan games tidak penting tetapi hadiahnya yang penting. Lima belas menit berlalu, acara utama bersama Kang Nukman Luthfie, pakar social media, dimulai.

Perkenalan dengan sang pembicara, Nukman Luthfie
Perkenalan dengan sang pembicara, Nukman Luthfie

 

Kang Nukman sesungguhnya adalah seorang pengusaha di bidang digital advestising. Beliau adalah CEO dari Harmonia dan musikkamu.com yang penyuka kopi dan selalu “shoefie”. Beliau memulai materi tentang social media dengan obrolan dan pertanyaan-pertanyaan sederhana, seperti : Untuk apa sih, kita gabung di media sosial? Apa sekadar ingin eksis? Atau ikut-ikutan saja? Atau ada tujuan yang jelas?

 

Personal Branding Nukman Luthfie on Twitter
Personal Branding Nukman Luthfie on Twitter

Saya tercenung, lalu bertanya pada diri sendiri dan berusaha menjawab pertanyaan itu. Ya, saya memang mengikuti tren, berinteraksi dengan teman lama dan ingin mendapatkan informasi tentang berbagai hal, khususnya dunia kepenulisan dari media sosial, juga eksis dengan menulis di blog pribadi. Ketika saya mendengar Kang Nukman, bertanya pada salah seorang dari seorang peserta yang hadir, saya merasa takjub. Pemuda tersebut hanya berjualan sepatu dan omzet penjualannya sudah mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Jumlah follower akun Twitter-nya sudah lebih dari 1000.

Nukman Luthfie
Nukman Luthfie

DSC_0499-2

About personal branding on Soc-Med

 

on mata najwa
Nukman Luthfie On ‘Mata Najwa’

 

Kang Nukman memperlihatkan contoh yang jelas dari pemuda itu. Jika kita memiliki profil yang jelas, tujuan memiliki akun media sosial juga jelas untuk apa, dan follower kita terus bertambah, itu sudah oke.  Apa yang kita bagi di media sosial adalah ciri kepribadian kita dan jati diri kita (Personal Branding). Jika kita adalah penjual sepatu, maka bagilah hal-hal yang berkaitan dengan produk sepatu. Jika kita penulis, bagilah konten dan tulisan-tulisan di blog atau hal-hal yang berhubungan dengan dunia itu. Perbaiki data profilmu di akun media sosial menjadi data yang menyajikan dirimu yang sebenarnya dan sesuai dengan keahlian serta bidangmu. Follow dan bertemanlah dengan orang-orang yang membawa manfaat bagi dirimu.

Ada hal-hal yang perlu dihindari saat menggunakan media sosial, diantaranya : jangan gunakan media sosial saat sedang marah, mengkritik boleh saja tetapi dengan cara yang santun, jangan memasang foto profilmu bersama orang lain. Tunjukkan siapa dirimu karena itu adalah brand kamu. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi jumlah follower kamu.

Kang Nukman juga mengingatkan untuk berhati-hati dalam berbicara di media sosial karena itu adalah ruang publik dan pemerintah telah memberlakukan Undang-undang ITE.

UU-ITE

 

 

Langkah-langkah untuk membangun Personal Branding antara lain seperti diagram di bawah ini :

Step Personal Branding

Secara garis besar saya menyimpulkan bahwa Personal Branding di akun media sosial yang kita miliki harus kita bangun perlahan seiring dengan keahlian dan bidang yang kita tekuni. Kang Nukman menambahkan bahwa kita tidak perlu terlalu banyak selfie untuk menunjukkan siapa diri kita tetapi tunjukkan dengan apa yang kita share kepada publik. Kalau boleh saya katakan, what you share is who you are. Kalimat yang sangat saya ingat baik-baik dari Kang Nukman adalah ‘Derajat tertinggi pengguna media sosial adalah sang creator. Dia adalah pencetus ide-ide dan pemikiran yang dituangkan di dalam tulisannya di blog.’

Thank God, I like writing and blogging! 🙂

Di akhir acara, saya tidak dapat mengikuti sesi tanya jawab dengan Kang Nukman, namun dari gathering ini saya mendapatkan pencerahan tentang bagaimana eksis dengan sehat di media sosial untuk perkembangan jati diri ke arah yang lebih baik. Terimakasih kepada penerbit Mizan atas kesempatan emas ini. Semoga bisa berjodoh lagi suatu hari nanti.